Selasa, 29 April 2014


 

BUDIDAYA TANAMAN-PANCA USAHA TANI-REVOLUSI HIJAU

 

Pertanian adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, barang, atau bahan baku energi serta mengelola lingkungan hidupnya melalui pemanfaatan sumber daya hayati.

 

Dahulu manusia belum melakukan kegiatan pertanian/bercocok tanam, alasannya adalah :

1.      Sumber daya alam masih melimpah

2.      Pengetahuan masih kurang

3.      Jumlah manusia sedikit dan kebutuhan manusia sedikit

4.      Belum adanya hak kepemilikan atas lahan/tanah

Akan tetapi akhirnya manusia mulai bercocok tanam/bertani, karena :

1.      Ketersediaan sumber daya alam mulai menurun

2.      Pengetahuan manusia mulai maju

3.      Jumlah manusia banyak dan kebutuhannyapun banyak

4.      Sudah adanya hak kepemilikan atas lahan/tanah

 

Beberapa istilah dalam pertanian :

1.      Agriculture : ilmu yang mempelajari budidaya tanaman pertanian

2.      Agronomi : ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian

3.      Hortikultura berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun

Berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan, hortikultura mencakup bidang:

a.       Pomologi (Pomology) yang mempelajari ilmu budidaya buah-buahan;

b.      Olerikultur (Olericulture) yang mempelajari ilmu budidaya sayuran;

c.       Florikultur (Floriculture) yang mempelajari ilmu budidaya bunga);

d.      Biofarmaka yang mempelajari ilmu budidaya tanaman obat

 

 

PANCA USAHA TANI – SAPTA USAHA TANI

 

Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang. Keadaan tersebut harus diiringi/didukung oleh peningkatan pangan.

REVOLUSI HIJAU
Merupakan usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan.
Revolusi hijau ditandai dengan perubahan dari pertanian tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju. Revolusi hijau menekankan pada SEREALIA: padi, jagung, gandum, dan lain-lain.

REVOLUSI HIJAU DI INDONESIA

Dilakukan dengan :
  1. EKSTENSIFIKASI pertanian
  2. INTENSIFIKASI pertanian.

Ekstensifikasi pertanian adalah usaha peningkatan produksi pertanian dengan menambah/memperluas areal pertanian. Terbatasnya areal, menyebabkan pengembangan lebih banyak pada intensifikasi.

Intensifikasi pertanian adalah  usaha peningkatan produksi pertanian dengan memaksimalkan lahan pertanian
tanpa menambah areal pertanian yang sudah ada.
Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani, yaitu:
1.  Penggunaan bibit unggul
Bibit unggul adalah jenis bibit yang memiliki sifat-sifat menguntungkan bagi peningkatan produksi pangan
(genjah, tahan hama dan penyakit, produksi bagus dll).
Pemilihan bibit sangat berpengaruh besar pada hasil panen yang akan dihasilkan nantinya.
Pemilihan bibit unggul juga sangat menunjang akan hasil padi yang dihasilkan nantinya.




2.  Teknik pengolahan lahan pertanian

Mengolah tanah bertujuan agar tanah yang ditanami dapat menumbuhkan tanaman secara baik dan membuahkan hasil yang berlimpah.
Sebagai masyarakat agraris, bangsa Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal cara-cara mengolah tanah agar mendapatkan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Beberpa alat sederhana yang dulu digunakan diantaranya : cangkul, garu, garu tangan, bajak, dan lain sebagainya.
Pada zaman yang makin maju dewasa ini, pemakaian cangkul dan bajak sebagai alat untuk membalik tanah agar tanah menjadi gembur telah diganti dengan pemakaian traktor/alat-alat mesin (mekanisasi pertanian)

Syarat-syarat tanah yang baik adalah:
1. Memiliki cukup rongga udara, gembur, dan tidak padat.
2. Mengandung banyak unsur organik
3. Banyak mengandung mineral dan unsur hara
4. Mampu menahan air
5. Memiliki kadar asam dan basa tertentu.

3.  Pengaturan irigasi

Untuk meningkatkan produksi perlu diatur sistem irigasi atau pengairan yang baik karena air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Selain membantu pertumbuhan tanaman secara langsung, air bagi lahan petanian juga berfungsi membantu mengurangi atau menambah kesamaan tanah. Air membantu pelarutan garam-garam mineral yang sangat diperlukam oleh tumbuhan. Akar tumbuhan menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah dalam bentuk larutan. Pemberian air atau pengairan pada tumbuhan padi tidak boleh terlalu banyak maupun terlalu sedikit. Jika air yang diberikan terlalu banyak akan mengakibatkan pupuk atau zat makanan disekitar tanaman akan hilang terbawa oleh air. Sebaliknya, jika terlalu sedikit tumbuhan akan mati karena tidak mendapatkan air
4.  Pemupukan
Memberikan pupuk pada tanaman pada prinsipnya adalah memberikan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan proses terjadinya/proses pembuatannya pupuk dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a.  Pupuk Alami
Pupuk alami adalah pupuk yang terbentuk atau proses pembuatannya secara alamiah, yakni dari proses pembusukan yang dilakukan oleh mikroorganisme atau makhluk pengurai(Detrivor) yangmenguraikan bangkai, sampah, atau kotoran hewan atau manusia menjadi tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Berikut ini adalah beberapa contoh daripada pupuk alami diantaranya :
Pupuk kompos: Pupuk kompos adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang bermacam-macam.
Pupuk hijau: Pupuk hijau adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan terutama polong-polongan/kacang- kacangan, daun, batang,dan akar.
Pupuk kandang: Pupuk kandang adalah pupuk alamiah yang berasl dari sisa-sisa penguraian mikroorganisme.
Pupuk guano: Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran burung.
b. Pupuk Buatan
Pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja dibuat di pabrik-pabrik pupuk dan mengandung zat-zat yang sesuai dengan keperluan pertumbuhan tanaman. Pupuk buatan ini ada yang khusus dibuat untuk pertumbuhan daun, khusus untuk bunga, atau khusus untuk bunga. Pemakaian pupuk buatan sangat praktis dan lebih berdaya guna dibandingkan dengan pupuk alami. Dalam penggunaanya, pupuk buatan dapat diatur seberapa besar zat yang dibutuhkan oleh tanaman. Berikut ini adalah beberapa pupuk yang tergolong sebagai pupuk buatan, diantaranya:
•NPK (Nitrogen Pospor Kalum)
•ZA (Zwafel Zuur Amonia)
•TSP (Triple Super Pospor)
•DSP (Double Super Pospor)
•ESP (Engkel Super Pospor)




Cara Pemberian pupuk yang Tepat
Pemupukan yang baik salah satunya dapat kita lakukan melalui cara pemupukan yang sesuai dengan  4 tepat, yaitu:
1.      Tepat Dosis jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman (tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit)
2.      Tepat Jenis: pupuk yang diberikan sesuai dengan jenis tanaman.
3.      Tepat Waktu: pupuk yang diberikan sesuai dengan waktu pemberian pupuk bagi tanaman.
4.      Tepat Tempat: pupuk yang diberikan disesuaikan pada tempat dimana tumbuhan dapat menyerap dengan cepat. Pada tumbuhan padi tempat yang baik adalah di dekat akar.

5.  Pengendalian gulma, hama dan penyakit
Proses selanjutnya adalah pemberantasan hama, gulma, dan penyakit. Pada prinsipnya pemberantasaan hama,gulma,dan penyakit bertujuan untuk mencegah tanaman mati karena diserang oleh hama,gulma, atau penyakit tanaman. Serangan hama dan penyakit tanaman akan nmenurunkan tingkat produktifitas tanaman bahkan gagal sama sekali. Maka dari itu proses ini sangat diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman
1) Penyakit
Penyakit tanaman merupakan mikroorganisme yang merugilan dan mengganggu oleh virus, jamur,dan jasad renik lainnya yang perkembangbiakannya cepat. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang menyerng tanaman padi:
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyriclaria Oryzae yang menyerang padi gaga pada bagian daun, tangkai malai, maupun pada gabah berupa bercak-bercak.
Penyakit Helminthosporium menyerang bagian daun dan menimbulkan bercak-bercak merah kecoklatan
2) Gulma
Gulma adalah organisme pengganggu yang berupa tumbuhan yang berkembangbiaknya cepat. Eceng gondok merupakan salah satu gulma air yang dapat merusak saluran irigasi pada tanaman karena akar eceng gondok dapat menyebabkan pendangkalan aliran air.
3) Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang berupa hewan yang berkembangbiaknya cepat. Contoh hama antara lain adalah wereng, belalang, ulat,dan tikus.
Cara pengendalian Hama, Gulma, dan Penyakit pada Tanaman
Pada tahun1998, para petani didaerah Lampung dikejutkan oleh oleh meledaknya populasi belalang kembara yang menyerang tanaman padi. Para petani terpaksa membakar tanaman padi mereka untuk memusnahkan hama tersebut. Hal ini tentu sangat merugikan, baik bagi petani maupun bagi dunia pertanian lainnya.

Kejadian seperti diatas mungkin saja terjadi di daereh lain. Mungkin dengan hama yang sama atau hama yang berbeda, misalnya wereng atau tikus. Bahkan, sangat dimungkinkan panen gagal karena serangan penyakit dan gulma tanaman. Karena itu, hama, penyakit, dan gulma tanaman harus dikendalikan, baik secara biologi, fisis, mekanis, kimiawi,dan radiasi.
a)      Pengendalian secara Biologi
Pengendalian secara biologi adalah pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pemangsa/predator hama atau penyakit tersebut. Misalnya, pengendalian tikus sawah menggunakan ular sawah. Pengendalian hama secara biologi tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun, pengendalian hama dengan cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu dapat menimbulkan hama baru.
b)     Pengendalian secara Fisis
Pengendalian secara fisis adalah pengendalian hama dengan cara dipanaskan atau dibakar. Misalnya, pada padi yang telah dipanen batang padi yang tersisa dibakar. Pengendalian dengan cara ini menimbulkan efek buruk yaitu dengan timbulnya kabut asap hasil dari pembakaran.
c)      Pengendalian secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis adalah pengendalian hama tanpa menggunakan bahan kimia maupun hewan pemangsa. Pengendalian secara mekanis sampai sekarang masih digunakan oleh para petani pada saat membasmi gulma disawah. Alat-alat yang digunakan diantaranya sabit, sorok, atau cangkul kecil. Namun kelemahannya adalah tidak dapat digunakan untuk lahan yang luas karena akan memakan banyak waktu
d)     Pengendalian secara Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian dengan menggunakan bahan-bahan kimia atau obat-obatan pestisida yang meliputi:
Herbisida untuk membasmi rumput dan tanaman liar
Fungisida untuk membasmi jamur

Algasida untuk membasmi ganggang
Ovisida untuk membasmi telur suatu hama
Larvasida untuk membasmi larva
Insectisida untuk membasmi serangga
Malakosida untuk membasmi siput
Rodentisida untuk membasmi hewan pengerat.
Namun, pemakaiannya harus diatur dan dapat meusak lingkungan.\

e)      Pengendalian secara Radiasi
Pengendalian secara radiasi adalah pengendalian hama dengan zat radio aktif. Namun, hal ini hanya dapat dilakukan terhadap hewan jantan. 


DAMPAK POSITIF REVOLUSI HIJAU
Produksi pertanian menjadi meningkat sehingga pemenuhan pangan meningkat.

PERMASALAHAN DAN DAMPAK NEGATIF
* Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (sebagai sumber karbohidrat) tidak diimbangi  

   pengembangan pangan sumber protein dan lahan peternakan diubah menjadi sawah.
* Penurunan keanekaragaman hayati.
* Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan ketergantungan tanaman pada pupuk.
* Penggunaan peptisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang resisten

* dll

6.  Penanganan Panen Dan Pasca Panen
Pasca panen adalah kegiatan yang dilakukan para petani setelah melakukan panen. Di pulau jawa panen dilakukan tiga kali dalam satu tahun, dengan umur padi sampai dengan panen kurang lebih empat bulan. Contoh kegiatannya antara lain menanam jenis tanaman yang berbeda (selain tanaman pokok) yang umurnya pendek. Hal ini ditujukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Dan, selain itu juga dapat menambah penghasilan petani.

7.  Pemasaran
Pemasaran yang baik termasuk hal yang penting dalam sapta usaha tani. Misalnya, apabila hasil panen baik tetapi cara pemasran kurang sama saja petani akan merugi. Pada zaman dahulu, dikarenakan petani sering membutuhkan dana yang sifatnya secara mendadak dan dalam jumlah yang cukup besar, petani biasanya menjual gabah dengan sistem hijau / ijon. Sistem hijau atau ijon ialah menjual hasil panen saat kondisi padi masih hijau. Hal ini sangat merugikan bagi para petani, karena jumlah pengeluaran lebih besar dari hasil yang didapat. Namun, hal ini lama-lama dihilangkan karena BULOG langsung membeli gabah dari para petani. Hal tersebut dapat meringankan beban petani. Petani dapat menjual beras kepada BULOG ataupum kepada pedagang beras di pasar beras. 

PENGANTAR PERTANIAN



A. Sejarah singkat pertanian dunia

Berakhirnya zaman es sekitar 12.000 tahun sebelum Masehi (SM) menjadikan bumi lebih hangat dan mengalami musim kering yang lebih panjang. Kondisi ini menguntungkan bagi perkembangan tanaman semusim, yang dalam waktu relatif singkat memberikan hasil dan biji atau umbinya dapat disimpan. Ketersediaan biji-bijian dan polong-polongan dalam jumlah memadai memunculkan perkampungan untuk pertama kalinya, karena kegiatan perburuan dan peramuan tidak perlu dilakukan setiap saat. Contoh budaya semacam ini masih terlihat pada masyarakat yang menerapkan sistem perladangan berpindah (slash and burn) di Kalimantan dan Papua.
Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin) menurut Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini adalah gandum, jelai (barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax (Linum usitatissimum).
Di daerah lain yang berjauhan lokasinya dikembangkan jenis tanaman lain sesuai keadaan topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam pengertian umum sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum dikembangkan di daerah Sahel, Afrika 5000 SM. Tanaman lokal yang berbeda mungkin telah dibudidayakan juga secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga daerah yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai membudidayakan jagung, labu, kentang, dan bunga matahari.
Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Nusantara, cenderung mengembangkan masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan peramuan karena relatif mudahnya memperoleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia yang telah mengenal pertanian ke wilayah Nusantara membawa serta teknologi budidaya padi sawah serta perladangan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pertanian bermula sebagai dampak perubahan iklim dunia dan adaptasi oleh tanaman terhadap perubahan ini.
Daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah. Di tempat ini ditemukan bukti-bukti awal pertanian, seperti biji-bijian dan alat-alat pengolahnya.
Domestikasi anjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya (masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan kegiatan peternakan yang pertama kali.
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" (Mesopotamia) di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan.
Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda.
Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) serta babi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasi kucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuna (4000 tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur dan zaitun.

Gambaran klasik pertanian di Indonesia
Pertanian adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, barang, atau bahan baku energi serta mengelola lingkungan hidupnya melalui pemanfaatan sumber daya hayati. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman (bahasa Inggris: crop cultivation) atau pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan lanjut produk, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Dimulainya pertanian adalah revolusi dalam masa Neolitikum dan menjadi tahap penting yang mendorong terbentuknya peradaban manusia, karena pemeliharaan hewan dan tanaman menyediakan cadangan pangan yang memungkinkan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Pertanian dan ilmu-ilmu pendukungnya dipelajari dalam ilmu pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.
Cakupan pertanian
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan. Sebagaimana dapat dilihat, penggolongan ini dilakukan berdasarkan objek budidayanya:
  • budidaya tanaman, dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang diolah secara intensif,
  • kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar,
  • peternakan, dengan obyek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia),
  • perikanan, dengan obyek hewan perairan (ikan, amfibia dan semua non-vertebrata).
Pembagian menurut objek ini sering kali dipakai dalam berbagai perguruan tinggi di Indonesia, meskipun suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai objek ini bersama-sama sebagai bentuk efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga dipelajari dalam ilmu-ilmu pertanian.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran.
Sebagai kegiatan ekonomi, usaha pertanian dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis. Dalam kerangka berpikir sistem ini, pengelolaan tempat usaha dan pemilihan bibit (varietas, galur, dan sebagainya) biasa diistilahkan sebagai aspek "hulu" dari pertanian, sementara distribusi, pengolahan, dan pemasaran dimasukkan dalam aspek "hilir". Budidaya dan pengumpulan hasil merupakan bagian dari aspek proses produksi. Semua aspek ini penting dan bagaimana investasi diarahkan ke setiap aspek menjadi pertimbangan strategis.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
Bentuk - Bentuk Pertanian di Indonesia
  1. Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut[1].
  2. Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian[1].
  3. Pekarangan
Pekarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pertanian[1].
Upaya meningkatkan hasil pertanian
Upaya meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan dengan cara:


Sejarah Pertanian

Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia.

Pertanian muncul ketika suatu masyarakat sudah mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.
Agak sulit membuat suatu garis sejarah pertanian dunia, karena setiap bagian dunia memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang berbeda-beda. Di beberapa bagian Afrika atau Amerika masih dijumpai masyarakat yang semi-nomaden (setengah pengembara), yang telah mampu melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun tetap berpindah-pindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di Amerika Utara dan Eropa traktor-traktor besar yang ditangani oleh satu orang telah mampu mendukung penyediaan pangan ratusan orang.

Asal-mula pertanian
Pada awal abad ke-20 didatangkan sapi penghasil susu Fries-Holland ke Jawa.
Berakhirnya zaman es sekitar 11.000 tahun sebelum Masehi (SM) menjadikan bumi lebih hangat dan mengalami musim kering yang lebih panjang. Kondisi ini menguntungkan bagi perkembangan tanaman semusim, yang dalam waktu relatif singkat memberikan hasil dan biji atau umbinya dapat disimpan. Ketersediaan biji-bijian dan polong-polongan dalam jumlah memadai memunculkan perkampungan untuk pertama kalinya, karena kegiatan perburuan dan peramuan tidak perlu dilakukan setiap saat. Contoh budaya semacam ini masih terlihat pada masyarakat yang menerapkan sistem perladangan berpindah (slash and burn) di Kalimantan dan Papua.
Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin) menurut Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini adalah gandum, jelai (barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax (Linum usitatissimum).
Di daerah lain yang berjauhan lokasinya dikembangkan jenis tanaman lain sesuai keadaan topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam pengertian umum sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum dikembangkan di daerah Sahel, Afrika 5000 SM. Tanaman lokal yang berbeda mungkin telah dibudidayakan juga secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga daerah yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai membudidayakan jagung, labu, kentang, dan bunga matahari.
Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Nusantara, cenderung mengembangkan masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan peramuan karena relatif mudahnya memperoleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia yang telah mengenal pertanian ke wilayah Nusantara membawa serta teknologi budidaya padi sawah serta perladangan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pertanian bermula sebagai dampak perubahan iklim dunia dan adaptasi oleh tanaman terhadap perubahan ini.